BATU GOLOQ
Buku ini berjudul Batu Goloq yang ditulis oleh
Idjasudin Prako bagi yang sangat suka membaca cerita rakyat tentang hal-hal yang berlatar di Nusa Tenggara
Barat pasti tahu apa yang di ceritakan di cerita rakyat ini. Idjasudin Prako seorang penulis otodidak
dari Janapria kabupaten Lombok Tengah. Begitu besar cintanya terhadap tanah
kelahirannya, sehingga timbul keinginan untuk mengabadikan sebuah cerita rakyat
yang menurutnya dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi anak-anak penerus bangsa
nantinya.
Di sebuah tepi hutan jati terdapat satu keluarga
dengan dua anak yang hidup hanya dengan mengumpulkan kayu kering. Suatu ketika,
saat kedua anak mereka menghabiskan sisa persediaan nasi untuk bersama, kedua
orang tua mereka naik pitam karena dengan keadaan lapar dan baru seleai
berkerja. Tanpa ampun mereka memukuli
kedua anaknya sampai mereka pingsan berlumuran darah.
Di saat siuman mereka mencoba naik di sebuah batu
yang tinggi dan licin.Mereka berdua mulai meratap, dengan tiba-tiba batu itu
melayang. Kedua orang tuanya mendengar ratapan anak mereka kemudian mereka pun
keluar sambil menangis memanggil kedua anak mereka, tapi kedua anak itu tak
kelihatan lagi. Tiba-tiba batu itu kembali tanpa kedua anak itu.
Makna dari, batu itu kembali tanpa anak itu. Pemimpin yang sering kali menyiksa rakyatnya tidak
akan mendapat apa-apa.Bahkan sesuatu yang sangat dicintai akan hilang begitu
saja tanpa ia sadari
Amanat yang yang terkandung dalam cerita ini
sangatlah luar biasa, karena kita disuruh supaya tidak terlalu cepat
mengikuti hawa nafsu. Kemudian tema yang
diangkat sangat menarik yang mengkisahkan penyiksaan orang tua terhadap anak
yang berakhir dengan kedua orang tua itu kehilangan anaknya untuk
selama-lamanya.Alur cerita ini kurang menggoda, kurang membanngkitkan rasa
penasaran untuk beranya-tanya.Gaya bahasa yang digunakan penulis yang mengalir
dan ringan, tetapi tidak berarti
gampangan.
Dengan membaca cerita rakyat ini,kita akan dibuat
sadar bahwa setiap manusia pasti punya kelemahan dan kelebihan, bahkan orang
tua yang sangat menyayangi anaknya dapat berlaku sangat kasar terhadap anaknya
sendiri. Kemudian, jangan sampai cerita rakyat ini terjadi di dalam hidup kita.
(Ahmad
Fatoni Dwi Putra, murid SMA Negeri 1 Praya)
0 komentar:
Posting Komentar